Lintas Komunitas dan Yayasan Makassar Skalia Kibarkan Bendera di Atas Perahu Pinisi

Lintas Komunitas dan Yayasan Makassar Skalia Kibarkan Bendera di Atas Perahu Pinisi

Sekelompok pemuda dari berbagai komunitas di Makassar yang dikoordinir oleh Yayasan Makassar Skalia menggelar upacara 17 Agustus dengan cara yang tak biasa. Mereka menggelar upacara secara bersamaan antara di atas Perahu Pinisi dan di bawah laut di perairan Makassar atau di sebuah spot penyelaman, tak jauh dari kawasan pantai wisata Pulau Samalona Makasaar.

Acara yang diikuti oleh sekitar 50 orang peserta tersebut berlangsung dengan khidmat sebagaimana layaknya sebuah upacara yang digelar dengan sangat serius. Tim penyelam yang terdiri dari belasan penyelam itu sukses mengibarkan bendera di dalam air, bersamaan dengan pengibaran di Tiang Layar (Palajareng) Perahu Pinisi Bagimu Negeri.

Acara pengibaran bendera tersebut dimulai pada pukul 09.45 pagi dan selesai pada pukul 10.10 menit yang dipimpin oleh Seniman Makassar, Dede Leman.

Dalam amanat Pembina upacara di atas Perahu Pinisi yang cukup terik tersebut, Pembina Upacara, Dayat dari Yayasan Makassar Skalia menyampaikan rasa syukur atas perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan yang diplokamasikan 73 tahun yang lalu, sekaligus sebagai aksi nyata untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya Sulawesi Selatan, khususnya Pinisi yang kini telah mendapat pengakuan dunia oleh Unesco. "Kita harus mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Andhika Mappasomba (budayawan muda Sulsel) yang turut dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa, pengibaran bendera yang tak biasa di moment 17 Agustus adalah gambaran bahwa para pejuang di masa lalu bertempur dengan penjajah pada waktu dan tempat yang tak dapat diduga.

"Perang bisa pecah dimana dan kapan saja. Seperti pengibaran bendera di hari kemerdekaan yang dilakukan oleh berbagai komunitas di Makassar yang dilaksanakan di tempat yang tak biasa dan jauh dari hiruk pikuk massa. Laut adalah kesepian. Seperti sepinya nasib pejuang yang terabaikan setelah kemerdekaan. Intinya, pengibaran bendera yang tak biasa ini adalah momentum yang puitik. Melahirkan banyak hal baik dalam imajinasi," ungkap Andhika dalam catatannya.

Lintas Komunitas dan Yayasan Makassar Skalia Kibarkan Bendera di Atas Perahu Pinisi

Sekelompok pemuda dari berbagai komunitas di Makassar yang dikoordinir oleh Yayasan Makassar Skalia menggelar upacara 17 Agustus dengan cara yang tak biasa. Mereka menggelar upacara secara bersamaan antara di atas Perahu Pinisi dan di bawah laut di perairan Makassar atau di sebuah spot penyelaman, tak jauh dari kawasan pantai wisata Pulau Samalona Makasaar. Acara yang diikuti oleh sekitar 50 orang peserta tersebut berlangsung dengan khidmat sebagaimana layaknya sebuah upacara yang digelar dengan sangat serius. Tim penyelam yang terdiri dari belasan penyelam itu sukses mengibarkan bendera di dalam air, bersamaan dengan pengibaran di Tiang Layar (Palajareng) Perahu Pinisi Bagimu Negeri. Acara pengibaran bendera tersebut dimulai pada pukul 09.45 pagi dan selesai pada pukul 10.10 menit yang dipimpin oleh Seniman Makassar, Dede Leman. Dalam amanat Pembina upacara di atas Perahu Pinisi yang cukup terik tersebut, Pembina Upacara, Dayat dari Yayasan Makassar Skalia menyampaikan rasa syukur atas perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan yang diplokamasikan 73 tahun yang lalu, sekaligus sebagai aksi nyata untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya Sulawesi Selatan, khususnya Pinisi yang kini telah mendapat pengakuan dunia oleh Unesco. "Kita harus mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Andhika Mappasomba (budayawan muda Sulsel) yang turut dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa, pengibaran bendera yang tak biasa di moment 17 Agustus adalah gambaran bahwa para pejuang di masa lalu bertempur dengan penjajah pada waktu dan tempat yang tak dapat diduga. "Perang bisa pecah dimana dan kapan saja. Seperti pengibaran bendera di hari kemerdekaan yang dilakukan oleh berbagai komunitas di Makassar yang dilaksanakan di tempat yang tak biasa dan jauh dari hiruk pikuk massa. Laut adalah kesepian. Seperti sepinya nasib pejuang yang terabaikan setelah kemerdekaan. Intinya, pengibaran bendera yang tak biasa ini adalah momentum yang puitik. Melahirkan banyak hal baik dalam imajinasi," ungkap Andhika dalam catatannya.